Pengetahuan remaja
tentang kontrasepsi
Apa yang terlintas di pikiran teman-teman ketika mendengar
kata kontrasepsi??? Pasti nya KB atau keluarga berencana kan?? Emang gak salah
juga sih,, tapi ya gak Cuma itu juga. Gak ada salahnya teman-teman memperluas
pandangan dan pengetahuan tentang masalah kontrasepsi ini. Nah di artikel
berikut ini kita simak yuk pendapat teman-teman siswa SMA dan mahasiswa tentang
masalah kontrasepsi ini.
Seperti juga teman-teman hampir kebanyakan remaja juga
menjawab KB ketika ditanya mengenai alat kontrasepsi. Namun ketika ditanya
lebih jauh apa itu arti kontrasepsi jawabannya beragam.
“ alat untuk mencegah kehamilan”
Pada umumnya remaja mengetahui salah satu fungsi dari alat
kontrasepsi ini. Namun persepsi ini menjadikanya tabu untuk dibicarakan oleh
remaja dan seakan jauh dari urusan remaja. Remaja seakan takut diberikan
embel-embel anak “nakal” jika menanyakan masalah kehamilan atau kontrasepsi
kepada guru atau orang tua.
“alat untuk mengurangi jumlah penduduk”
Namun tidak bisa dipungkiri persepsi mengenai fungsi KB
sebagai alat untuk mengurangi jumlah penduduk juga masih ada hingga saat ini.
Padahal tujuan sebenarnya adalah bukan untuk mengurangi jumlah penduduk tetapi
hakikatnya dengan mengatur dan merencanakan kehamilan diharapkan lahir generasi
yang berkualitas.
Pendapat remaja
tentang kontrasepsi
Hampir semua remaja menyetujui adanya pemberian informasi
mengenai kontrasepsi kepada remaja. Remaja berpendapat bahwa dengan adanya
informasi mengenai kontrasepsi maka nantinya remaja akan memiliki bekal
pengetahuan untuk memasuki jenjang pernikahan. Persepsi ini lebih menekankan
pada masa depan dimana pengetahuan mengenai kontrasepsi ini hanya berguna dan
akan digunakan hanya pada saat mereka menikah kelak. Lalu ketika ditanya
“bagaimana jika remaja diperbolehkan untuk mengakses kontrasepsi?”
“remaja belum waktunya menggunakan kontrasepsi”
alasan remaja
berpendapat demikian bermacam-macam, diantaranya karena masih ada anggapan
bahwa kontrasepsi hanya diperuntukan bagi mereka yang sudah menikah. Selain itu
banyak anggapan bahwa menggunakan alat kontrasepsi pada saat remaja atau
sebelum memiliki anak akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja itu sendiri,
dapat menimbulkan kemandulan misalnya.
Alasan inilah yang kemudian menutup remaja untuk mengakses
informasi mengenai kontrasepsi ini. Pada kenyataanya terjadi banyak kasus
kehamilan tidak diinginkan. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena kurangnya
pengetahuan remaja mengenai kontrasepsi ini.
“membiarkan remaja mengakses alat kontrasepsi sama saja
dengan melegalkan seks bebas”
Kebanyakan
remaja tidak menyutujui remaja mengakses kontrasepsi dengan alasan menyalahi
norma agama dan susila, remaja beranggapan dengan membiarkan remaja menggunakan
kontrasepsi maka dengan itu “mengizinkan” seks pranikah pada remaja. Pada
umumnya remaja lebih menyetujui berpantang untuk berhubungan seks sebelum
menikah (abstinence) dan lebih menekankan pada pendidikan agama untuk mencegah
prilaku seks pranikah dan kehamilan tidak diinginkan.
Data yang masuk
ke line sms konseling Mitra Citra Remaja selama Januari-November 2011 terdapat
35 kasus remaja telah melakukan hubungan seksual pranikah. Data ini hanya
sedikit yang terungkap dari jumlah yang sebenarnya. Dapat dipastikan perilaku
ini dapat mengarah pada peningkatan kasus kehamilan tidak diinginkan. Lalu
pertanyaannya,kenapa Abstinensia kurang efektif?
Di satu sisi
remaja telah mencapai kematangan seksual tetapi di sisi lain remaja dihadapkan
pada norma masyarakat dimana hubungan seksual sebelum menikah diharamkan
sementara gempuran informasi dari berbagai sumber dewasa ini makin gencar
membangkitkan dorongan seksual mereka.
Sumber: FGD SMK
Nugraha dan FGD Fakultas Psikologi UPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar